(MPP) Jakarta –  Seperti kita ketahui bahwa dunia jurnalis saat ini rentan sekali pada saat seorang jurnalis melaksanakan tugas di lapangan dalam mencari berita, sampai sampai harus menghadapi bahaya yang menghadangnya. Akan tetapi disatu sisi seorang jurnalis dipersalahkan oleh beberapa oknum atau narasumber dari tugas yang diembannya. Apalagi saat ini banyak nya berita soal premanisme dikalangan LSM, dan adanya penganiayaan terhadap jurnalis dan lain sebagainya.

Untuk itu belum lama ini MPP mencoba mewawancarai ketua umum Asosiasi Solidaritas Wartawan Indonesia (ASWARI) , Tengku Rafyudin Sabaroedin S.Sn yang mana beliau sudah sejak.th 1979 berkecimpung di media, seperti ; pos kota, sinar pagi, majalah Kartini,Trubus, pos film, Mahardika, patroli dan beliau juga pernah masuk jadi anggota PWI. Dan terakhir beliau membuat organisasi media bernama ASWARI (Asosiasi Solidaritas Wartawan Indonesia)dan beliau pernah bersama organisasi media lain membuat Majelis pers Indonesia,.saat ditanya bagaimana kondisi jurnalis saat ini,Tengku mengungkapkan bahwa kondisi wartawan memang sudah seperti ini, sebetulnya tugas wartawan mulia dan tidak ada yang lebih mulia sebagai wartawan, tapi disini kendalanya cukup serius yang dialami seorang wartawan walau diliat sepintas bagus bagus saja, makanya sejak waktu itu banyak anggapan wartawan ini dinilai wartawan bodrex sebagai wartawan abal abal, karna dari sekian banyak wartawan abal abal, karna dari sekian banyak wartawan yang tidak dapat gaji dari medianya ungkap Tengku yang juga alumni IKJ Jakarta dan pernah berkecimpung pula di dunia perfilman.

Lanjut Tengku pula makanya dulu pernah ada sebutan media besar dan media kecil, karna tidak mendapat gaji dari media tempat dia berkiprah, jadi jangan salahkan wartawannya, salahkan media tempat wartawan menyampaikan beritanya, ungkap Tengku.

Saat MPP tanya, kalau begitu bagaimana seharusnya perusahaan media menyikapi hal ini, Tengku mengungkapkan, pihak media perlu adanya perhatian terhadap wartawan yang bekerja di media tersebut, sehingga si wartawan tersebut tidak harus melakukan pemerasan/ kekerasan kepada narasumber yang ditemuinya saat melakukan tugas dilapangan.

Dan saya juga berharap semoga wartawan kedepannya tetap menjalankan tugasnya dengan profesional,dan menjalankan UU. Pers dengan baik, ungkap Tengku mengakhiri bincang bincangnya.. Smoga

(Dessi)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silahkan tulis komen anda!
Masukkan nama anda disini