MPP,Jakarta- Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Irjen Heru Winarko menyampaikan, Lembaganya sudah menargetkan keberhasilan yang harus dicapai. Salah satunya meringkus 26 jaringan Narkoba Nasional dan Internasional yang hilir mudik di Indonesia.
“BNN kita khususkan untuk sindikat. Kalau Polda bisa tangkap bandar atau pengguna saja, Tapi kalau kita sindikat. Ada 26 sindikat yang kita targetkan untuk disikat di 2018.” Ujar Heru, Kamis (22/03/18).
Namun ia tidak merinci secara gamblang puluhan jaringan yang dimaksud. Heru hanya menyebut target itu meningkat setelah pada tahun sebelumnya BNN mengejar 24 jaringan.
“Jumlahnya relatif. Bisa malah ketangkep terus berkembang. Nah kita akan terus cari. Karena awalnya satu jaringan tiba-tiba pecah jadi banyak. Tahun lalu 24 jaringan, sekarang 26 jaringan.” Jelas Heru.
Selain itu, BNN terus berupaya memperbaiki sestem agar dapat menekan masuknya Narkoba ke Indonesia. Ia pun melakukan pemberdayaan masyarakat baik di Kota maupun Desa agar paham tentang bahaya Narkoba. Termasuk juga menangani banyaknya pengguna Narkoba.
“Banyak Narkoba masuk ke Indonesia karena harganya. Di Cina 1 gram Rp. 25 ribu, di Iran 1 gram Rp. 50 ribu, di Indonesia 1 gram Rp. 1,5 juta. Nah ini bagaimana suplainya bisa kita tekan dan penggunanya kita pangkas.” Terang mantan Deputi Penindakan KPK ini.
Masih lanjut dikatakannya, Memberantas peredaran Narkoba di Indonesia memerlukan ektra kerja keras. Sindikat jaringan Narkoba baik Nasional maupun Internasional yang sistematis menyebarkan Narkoba terus mencari kelengahan petugas hingga berhasil memberikan pukulan telak alias meloloskan barang haram.
“Kita urusan Narkoba ini seperti dipukuli. Double Cover terus kita bertahan.” Lanjut dia.
Selain itu, Heru mengaku sudah bertemu juga dengan beberapa pihak pengelola Lembaga Pemasyarakatan ( Lapas) terkait maraknya peredaran Narkoba bahkan pengendalian Narkoba dari dalam lapas. Evaluasi pun dilakukan untuk membangun sistem pencegahan perihal tersebut.
Seperti adanya Narkoba di Lapas, Saya sudah bertemu orang lapas, Bagaimana membangun sistem di sana. Mungkin anggota Dewan bisa memperjuangkan juga di sana. Saya ingin bukan hanya pembinaan di lapas, Tapi juga rehabilitasi. Karena tidak semua pengguna mau direhabilitasi.”Katanya.
Kemudian usaha BNN lainnya bersama Bea Cukai, Sinergitas dilakukan untuk terus siaga baik dalam pencegahan dan pencepatan informasi dan informasi di sejumlah wilayah khususnya perbatasan. Lalu lintas barang keluar dan masuk antar Negara diawasi, Bahkan menggunakan radar berteknologi tinggi.
“Termasuk sistem masuknya prekusor ke Indonesia dengan Bea Cukai. Bagaimana sistemnya, Berapa butuhnya sih Indonesia dengan masuknya prekusor itu.” Jelas Pria berbintang dua.
Saat ditanya soal perbedaannya dengan jabatan terdahulu sebagai Deputi Penindakan KPK. Heru menjelaskan, BNN tidaklah terfasilitasi layaknya KPK. Selama menjabat Deputi Penindakan KPK. Ia dianggap mampu bergerak sebagai penyidik yang handal meski dengan gayanya yang dianggap adem ayem.
Lembaga anti suap dianggap memiliki sarana melimpah untuk menjalankan tugas, Sementara BNN bisa dibilang sangat memprihatinkan karena banyaknya keterbatasan.
“Bedanya KPK itu kewenangannya begitu melimpah, Semua saprasnya tersedia dengan baik, mewah dia. Sedangkan di BNN ini memprihatinkan.” jawab Heru sambil tersenyum.
Ia menambahkan, BNN dinilai merupakan lembaga hebat sejak dulu meski kondisinya sulit. Contoh mudah, Tim BNN di Kabupaten bahkan para personelnya minim atau bahkan tidak memiliki senjata untuk menjalankan operasi. Kantor sendiri pun lembaga anti Narkoba ini tidak punya.
“Senjata bisa dihitung dengan jari tangan, tapi bisa. Yang dihadapi adalah sindikat penjahat-penjahat yang luar biasa hebat.” Tuturnya.
Kemudian soal pendanaan, Untuk setahun BNN hanya mendapatkan biaya pemberantasan sebesar Rp. 70 juta. Sementara KPK, memiliki anggaran Rp. 850 Miliar per satu satuan kerja. (Indra)