Oleh : Kompol (P) H. Rd. Moch. Abdurochim

Memberikan senyum kepada seseorang adalah Shodaqoh. Namun bagaimana ketika kita senyum kepada seseorang, tapi kemudian orang tersebut malah bermasam muka dan memalingkan muka.

Apakah kita tetap tersenyum atau merasa kesal dan turut bermasam muka? Kebanyakan orang akan kesal dan turut bermasam muka, karena merasa tidak senang. Kalau niatnya Shodaqoh, seharusnya kita tetap tersenyum, tidak perlu terpengaruh dengan sikap orang itu dan berprasangka baik saja kepadanya.

Sesungguhnya beramal itu dengan niat. Kalau niatnya berbuat baik karena untuk menyenangkan orang, maka sangat perlu diingat bahwa kita tidak bisa menyenangkan semua orang.

Kebanyakan orang menuntut respon suatu perkara sesuai dengan keinginannya. Bila suatu perkara tidak sesuai dengan keinginannya, maka responnya adalah menyalahkan, mengkritik bahkan mencela atau menghujat.

Saat ini kita tengah menyongsong pemilihan Presiden tahun 2019. Terlepas dari siapa yang akan terpilih, harus diingat oleh rakyat Indonesia bahwa tidak mudah untuk menjadi seorang pemimpin.

Menjadi seorang pemimpin artinya akan disukai oleh sebagian rakyat Indonesia dan akan dibenci oleh sebagian yang lain. Menjadi Presiden atau pemimpin akan dibanjiri oleh pujian, kritik dan juga celaan.

Dengan semakin berkembangnya teknologi berupa media sosial, berbagai opini rakyat Indonesia yang positif dan yang negatif, bisa langsung sampai di media sosial sang Presiden.

Saya ingin mengutip pernyataan Jack Ma, founder Alibaba group baru-baru ini di sosial media, “Mencintai Presiden” adalah bagian dari mencintai Negara.

Kita tidak bisa membiarkan sebagian orang seenaknya menghujat presiden hanya karena dia tidak sependapat dengan pemerintah. Kalau itu dibiarkan maka kehormatan Bangsa akan hancur, dan dampaknya kalau terus dibiarkan akan lahir generasi pembenci.

Kamu tahu bahwa orang yang suka meletupkan kebenciannya dengan kata-kata dan berdrama seakan dia terdzolimi maka itu tandanya “orang itu” tidak bahagia.

Lebih jauh lagi dia menganggap dirinya sempurna dan orang lain banyak cacatnya. Makanya ketika orang lain unggul diatasnya, dia akan marah. Sebetulnya dia marah bukan kepada orang lain tapi kepada dirinya sendiri karena dia tidak mampu seperti orang lain”.

Yang ingin Saya garis bawahi dari pernyataan Jack Ma di atas adalah tentang sikap membenci yang berlebihan, sehingga “meletupkan kebenciannya dengan kata-kata dan berdrama seakan dia terdzolimi”.

Bahwa ada suatu perkara yang berbeda dengan keinginannya atau kepentingannya, lalu dia mengkritik, itu adalah hal yang wajar. Karena itu adalah dinamika kehidupan, dan merupakan fungsi pengawasan dan kontrol. Rasanya hidup akan terasa hambar dan membosankan tanpa adanya perbedaan.

Namun meletupkan kebencian dan memaksakan keinginan dengan cara menebarkan isu-isu negatif, mendramatisir seolah-olah terdzolimi, dan menyembunyikan kebenaran untuk kepentingan politik adalah sangat tidak masuk akal dan lambat laun akan menyengsarakan Bangsa ini.

Terlepas dari akan mendukung dan telah menetapkan pilihan Capres dan Cawapres pada Pemilu 2019, namun sepantasnya kita menghargai dan menghormati Bapak Joko Widodo sebagai Presiden Republik Indonesia periode 2014 – 2019 dengan segala pencapaiannya.

Beliau telah bekerja keras dan berusaha memakmurkan Negara ini. Suka atau tidak suka, Beliau adalah Presiden kita. Bila ada yang tidak disenangi, maka tidak sepantasnya kita mencaci maki dan memusuhi Beliau.

Sikap kita kepada seorang pemimpin menunjukkan tingkatan Akhlaq kita. Ingatlah firman Alloh didalam Q.S. 16 : 90
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan.

Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.
Dan Sabda Rosululloh SAW dalam Al-hadits : “Barangsiapa yang menghina seorang pemimpin, maka Allah akan menghinakannya.” (HR al-Tirmidzi 2224, dan Beliau berkata “Hadits Hasan”).

Mencaci dan mencela itu mudah, namun berkontribusi yang bermanfaat dan menyumbang kebaikan itu tidak gampang. Mari kita ganti sikap mencaci dan mencela dengan sikap memberikan manfaat dan menyumbang kebaikan. Semoga Alloh SWT memakmurkan dan mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia.
Wassalam.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silahkan tulis komen anda!
Masukkan nama anda disini