MPP – Kombes Pol Tri Suhartanto, S.I.K polri turun dan berbaur langsung ke komunitas sarekat kere kota lama semarang, Sabtu (21/9/24).
EVENT BUDAYA BERUPA KLITIKAN DI KOTA LAMA BERNOSTALGIA OLEH MUSEUM “GUBUG WAYANG” MOJOKERTO DAN ASEM | KAWAK SEMARANG JAWA TENGAH.
Kapolri Jenderal Polisi Drs. Listyo Sigit Prabowo, M.Si. mengajak seluruh jajaran kepolisian untuk bersama-sama menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya lokal Indonesia
Ditindak lanjuti oleh Kombes Pol Tri Suhartanto dengan melaksanakan kegiatan Even Budaya Semarang Kota Lama Bernostalgia dalam sambutan nya mengatakan
Diselenggarakannya “event budaya” berupa klitikan seperti ini tentulah merupakan moment yang ditunggu tunggu dan memberikan manfaat bagi banyak orang.
di sini para pencinta seni dan benda-benda antik serta unik bertemu dalam semangat yang sama untuk melestarikan hasil “cipta. rasa. dan karsa” anak bangsa ini. baik dari masa lampau maupun masa kini.
dalam semangat yang sama, kami dari museum gubug wayang mojokerto sebagai sebuah instusi yang turut melestarikan budaya bangsa, menyambut gembira sekaligus mendukung diselenggarakannya “event” seperti ini. tak berlebihan kiranya bila kami pun menganggap bahwa klitikan semacam ini adalah “museum yang hidup”, di mana kita dapat dengan mudah menikmati artefak dan karya-karya artistik dari masa lampau yang acap langka kita temukan.
pepatah filipina mengatakan walang nanira sa bakal kundi, sariling kalawang, “tak ada yang bisa menghancurkan besi, kecuali karatnya sendiri”. demikian sahabat semua. “tak ada yang bisa menghan-curkan budaya dan kekayaan bangsa ini, kecuali kita sendiri. sebaliknya, tak juga ada yang berupaya melestarikannya selain kita sendiri pula. dari itu, mari kawan-kawan semua ! mari kita bergandeng tangan ! mari bersama kita melestarikan indahnya pilar pilar budaya di negeri yang bhinneka tunggal ika ini, guna menggapai visi indonesia emas yang kita cita-citakan bersama, seperti yang diamanatkan bapak kapolri beberapa waktu yang lalu.
Kembali pada klitikan sebagai event yang kita selenggarakan ini. selain sebagai “museum yang hidup” dan merupakan bentuk lain dari “upaya pelestarian budaya”.
Adanya klitikan semacam ini pun secara praktis memberi kita informasi tentang “harga sesungguhnya” dari benda atau hasil karya yang kita minati. dengan itu klitikan juga berfungsi sebagai “alat untuk mengontrol harga”. selain tak kalah pentingnya sebagai sarana me-masarkan. hasil umkm dan produk kamardikan budaya negeri ini. dalam pada itu.
tentunya kita pun tetap harus berhati- hati. jangan sampai terperangkap dalam jual-beli artefak yang risikonya harus berurusan dengan hukum, seperti misalnya: artefak hasil pengrusakan atau pencurian dari cagar budaya.
untuk hal seperti museum gubug wayang membuka diri guna memberikan konsultasi tentang. keabsahan suatu artefak. sehingga ma-syarakat pun dapat memilikinya tanpa masalah apapun. hal “berisiko berurusan dengan hukum” ini tampaknya perlu saya tekan-kan, mengingat kapasitas saya sebagai
anggota polri. yang kebetulan adalah juga sebagai penasihat museum gubug wayang.
moto polri “rastra sewa kotama” yang artinya “abdi utama bagi nusa dan bangsa” senantiasa kami implementasikan dalam berbagai aspek. berkenaan dengan kesejahteraan bangsa ini, di antaranya lewat ‘pelestarian budaya’ di bumi nusa yang permai dan kaya raya ini.
baik polri maupun museum gubug wayang. sama-sama “istiqomah” untuk tetap melestarikan budaya masyarakat negeri ini. kami berharap event klitikan semacam ini menjadi acara tahunan secara tetap. selain itu kami juga berharap pada penyelenggaraan tahun depan dapat menyumbangkan show potehi, guna turut menyemarakkan event seperti ini. insya allah
SEBELUM BERANJAK DARI SINI, IZINKAN KAMI MEMBAWAKAN PANTUN :
ΙNDAH PΕΜΑΝDAΝGAN DI KΟΤΑ LAMΑ
DI SINI BANGUNAN TEGAK BERJAYA
DALAM SEMANGAT “RASTRA SEWAKOTAMA” MARI BERSAMA LESTARIKAN BUDAYA
KOTA SEMARANG SELALU TERBAYANG BERJAJAR GEDUNG INDAH BERKISAH
BERSAMA MUSEUM GUBUG WAYANG LESTARIKAN BUDAYA SATUKAN BANGSA
Acara Asemkawak Kota Lama bernostalgia ini bertujuan untuk menyatukan para pedagang antik di Kota Semarang sebagai awalan supaya tahun depan bisa membuat even nasional dalam wadah semarang MOOI dan bisa menyelenggarakan punya event barang Antik Nasional.
Sarekat Kere dibentuk di Semarang pada 1 Februari 1919 di tengah suasana pergerakan nasional sedang menggelora.
Sarekat Kere dibentuk untuk menyatukan kaum kere agar dapat saling membantu melalui pembentukan perserikatan. Tak main-main, Sarekat Kere juga memberikan bantuan hukum bagi orang kere yang terlibat kasus hukum.
Saat itu, Serikat Kere ditakuti kolonial yang berada di Indonesia karena Sarekat Kere melawan tindakan-tindakan yang tidak adil dari golongan the have (Eropa) yang ketika itu menguasai ekonomi Indonesia,”
Sarekat Kere berjuang untuk kemajuan kehidupan kaum miskin khususnya yang tidak mempunyai harta. Sarekat Kere beranggotakan orang-orang dari Bumiputera (Indonesia) dan Cina dengan satu syarat tak mempunyai harta.
“Orang kaya hanya boleh sebagai donatur. Mereka tidak punya suara dan pengaruh di Serikat Kere,”